Sabtu, 09 Maret 2013

Lembu Suro


Lembu suro

* * *Alkisah, di daerah Jawa Timur, ada seorang raja bernama Raja Brawijaya yang bertahta di Kerajaan Majapahit. Ia mempunyai seorang putri yang cantik jelita bernama Dyah Ayu Pusparani. Sang Putri memiliki keindahan tubuh yang sangat memesona, kulitnya lembut bagai sutra, dan wajahnya elok berseri bagaikan bulan purnama. Sudah banyak pengeran datang melamar, namun Prabu Brawijaya belum menerima satu pun lamaran agar tidak terjadi kecemburuan di antara pelamar yang lain. Di sisi lain, penguasa Majapahit itu juga tidak ingin menolak secara langsung karena takut mereka akan menyerang kerajaannya.
, Prabu Brawijaya menemukan sebuah cara, yaitu ia akan mengadakan sayembara bahwa barang siapa yang berhasil merentang busur sakti Kyai Garudayeksa dan mengangkat gong Kyai Sekardelima maka dialah yang berhak mempersunting putrinya. Ia memerintahkan para pengawalnya untuk menyampaikan pengumuman tersebut kepada seluruh rakyatnya, termasuk kepada para raja dan pangeran dari kerajaan-kerajaan di sekitarnya.
Pada saat yang telah ditentukan, para peserta dari berbagai negeri telah berkumpul di alun-alun  istana Kerajaan. Prabu Brawijaya pun tampak duduk di atas singgasananya dan didampingi oleh permaisuri dan putrinya. Setelah busur Kyai Garudyeksa dan gong Kyai Sekadelima disiapkan, Prabu Brawijaya segera memukul gong pertanda acara dimulai. Satu persatu peserta sayembara mengeluarkan seluruh kesaktiannya untuk merentang busur dan mengangkat gong tersebut, namun tak seorang pun yang berhasil. Bahkan, tidak sedikit dari mereka yang mendapat musibah. Ada yang patah tangannya karena memaksakan diri merentang busur sakti itu, dan ada pula yang patah pinggangnya ketika mengangkat gong besar dan berat itu.
Ketika Prabu Brawijaya akang memukul gong untuk menutup sayembara itu, tiba-tiba datanglah seorang pemuda berkepala lembu hendak mengandu keberuntungan.
Lembu sura  “Ampun, Gusti Prabu! Apakah hamba diperkenankan mengikuti sayembara ini?”
 Prabu brawijaya “Hai, pemuda aneh! Siapa namamu?.
Lembu sura  “Nama saya Lembu Sura,” jawab pemuda itu.
Prabu Brawijaya beranggapan bahwa pemuda itu tidak akan mampu merentang busur sakti dan mengangkat gong besar itu. Ia pun mengizinkannya mengikuti sayembara itu sebagai peserta terakhir.
“Baiklah! Kamu boleh mengikuti sayembara                  ini,” ujar Prabu Brawijaya.
Lembu Sura pun menyanggupi persyaratan itu. Dengan kesaktiannya, ia segera merentang busur Kyai Garudayaksa dengan mudah. Keberhasilan Lembu Sura itu diiringi oleh tepuk tangan para penonton yang sangat meriah. Sementara itu, Putri Dyah Ayu Pusparani terlihat cemas, karena ia tidak ingin bersuamikan manusia berkepala lembu.
Ketika Lembu Sura menghampiri gong Sekardelima, semua yang hadir tampak tegang, terutama sang Putri. Ia sangat berharap agar Lembu Sura gagal melewat ujian kedua itu. Tanpa diduganya, pemuda berkepala lembu itu ternyata mampu mengangkat gong Sekardelima dengan mudah. Tepuk tangan penonton pun kembali bergema, sedangkan Putri Dyah Ayu Purpasari hanya terdiam. Hatinya sangat sedih dan dan kecewa.
“Aku tidak mau bersuami orang yang berkepala lembu,” seru sang Putri seraya berlari masuk ke dalam istana.
Mendengar ucapan putrinya itu, Prabu Brawijaya langsung terkulai karena telah mengecewakan putrinya. Namun sebagai seorang raja, ia harus menepati janjinya untuk menjaga martabatnya. Dengan demikian, Putri Dyah Ayu Pusparani harus menerima Lembu Sura sebagai suaminya.
`Hadirin sekalian! Sesuai dengan janjiku, maka Lembu Sura yang telah memenangkan sayembara ini akan kunikahkan dengan putriku!” seru Prabu Brawijaya.
Seluruh pesarta sayembara pun berlomba-lomba memberikan ucapan selamat kepada Lembu Sura. Sementara itu, di dalam istana, Putri Dyah Ayu Pusparani menangis tersedu-sedu meratapi nasibnya. Berhari-hari ia mengurung diri di dalam kamar. Ia tidak mau makan dan minum. Melihat tuannya sedang sedih, seorang pengawal berusaha membujuk dan menasehatinya.
“Ampun, Tuan Putri! Jika Tuan Putri tidak mau menikah dengan Lembu Sura, sebaiknya Tuan Putri segera mencari jalan keluar sebelum hari pernikahan itu tiba,” ujar pengawal 1
Mendengar nasehat itu, sang Putri langsung terperanjat dari tempat tidurnya.
“Benar juga katamu, pengawal! Kita harus mencari akal agar pernikahanku dengan orang yang berkepala lembu itu dibatalkan. Tapi, apa yang harus kita lakukan? Apakah pengawal mempunyai usul?” tanya sang Putri bingung.
“Ampun, Tuan Putri! Bagaimana kalau Tuan Putri meminta satu syarat yang lebih berat lagi kepada Lembu Sura?” usul pengawal 2
“Apakah syarat itu, pengawal?” tanya sang Putri penasaran.
“Mintalah kepada Lembu Sura agar Tuan Putri dibuatkan sebuah sumur di puncak Gunung Kelud untuk tempat mandi kalian berdua setelah acara pernikahan selesai. Tapi, sumur itu harus selesai dalam waktu semalam,” usul pengawal. 1
Putri Dyah Ayu pun menerima usul pengawal,lembu sura menyanggupi persaratan tersebut.  
Setibanya di Gunung Kelud, Lembu Sura mulai menggali tanah dengan menggunakan sepasang tanduknya. Dalam waktu tidak berapa lama, ia telah menggali tanah cukup dalam. Ketika malam semakin larut, galian sumur itu semakin dalam. Lembu Sura sudah tidak tampak lagi dari bibir sumur. Melihat hal itu, Putri Dyah Ayu Pusparani semakin panik. Ia pun mendesak ayahandanya agar menggagalkan usaha Lembu Sura membuat sumur.
“Ayah! Apa yang harus kita lakukan? Putri tidak mau menikah dengan Lembu Sura,” keluh sang Putri dengan bingung.
Prabu Brawijaya pun tidak ingin mengecewakan putri kesayangannya untuk yang kedua kalinya. Setelah berpikir keras, akhirnya ia menemukan sebuah cara untuk menghabisi nyawa Lembu Sura.
“Pengawal! Timbun sumur itu dengan tanah dan bebatuan besar!” seru Prabu Brawijaya.
“ Baik PRABU! Pengawal!” 1 2
Tak seorang pun pengawal yang berani membantah. Mereka segera melaksanakan perintah rajanya. Lembu Sura yang berada di dalam sumur berteriak-teriak meminta tolong.
“Tolooong...! Tolooong...! Jangan timbun aku dalam sumur ini!” demikian teriakan Lemu Sura.
Para pengawal tidak menghiraukan teriakan Lembu Suara. Mereka terus menimbun sumur itu dengan tanah dan bebatuan. Dalam waktu sekejap, Lembu Sura sudah terkubur di dalam sumur. Meski demikian, suaranya masih terdengar dari dalam sumur. Lembu Sura melontarkan sumpah kepada Prabu Brawijaya dan seluruh rakyat Kediri karena sakit hati.
Yoh, Kediri mbesuk bakal pethuk piwalesku sing makaping kaping yaiku Kediri bakal dadi kali, Blitar dadi latar, Tulungagung bakal dadi Kedung

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Total Tayangan Halaman